Melokalkan Sejarah Tingkat Lanjut
Sejarah Tingkat Lanjut sebagai mata pelajaran pilihan pada Fase E (Kelas X) dan Fase F (Kelas XI dan XII) berisikan materi sejarah dunia yang dikembangkan dari materi-materi muatan global pada Sejarah Kelompok Dasar. Tujuannya, untuk melatih peserta didik agar memiliki perspektif global connected, berkebhinekaan global, dan menyiapkan mereka menjadi warga global dengan tetap memegang teguh nilai-nilai keindonesiaan.
Sejarah Tingkat Lanjut memberikan kemerdekaan para guru untuk memberikan materi sesuai kemampuan mereka dan kebutuhan siswa, sehingga guru Sejarah Tingkat Lanjut dituntut untuk memiliki wawasan luas, kuat literasi dan sumber belajar sehingga dengan 5 jam pelajaran dalam sepekan, siswa tidak mengalami kebosanan. Keberadaan mata pelajaran Sejarah Tingkat Lanjut selain mengamankan jumlah jam pelajaran guru sejarah, juga menjadikan siswa lebih tertarik dengan sejarah dunia yang terkoneksi dengan sejarah lokal.
Kemunculan mata pelajaran Sejarah Tingkat Lanjut dalam Kurikulum Nasional terbaru yang mulai diterapkan di tahun ajaran ini menjadi peluang sekaligus tantangan bagi guru sejarah. Guru Sejarah harus menunjukkan bahwa Sejarah adalah mata pelajaran favorit, guru Sejarah harus menjadi guru favorit yang bermakna pembelajarannya.
Maka di pembelajaran perdana tahun ini, dalam materi tentang Peradaban Kuno Dunia, saya berkolaborasi dengan mata pelajaran Sejarah Wajib dengan materi Kolonoialisme Belanda di Indonesia. Pada 4 Oktober 2024, siswa SMA Negeri 14 Semarang kelas XI 3 dan XI 4 tahun pelajaran 2024/2025 melaksanakan pembelajaran di Gedung Sobokarti dan beberapa Gedung di Kota Lama Semarang dengan tema "Peradaban Eropa Kuno (Yunani dan Romawi) dan pengaruhnya terhadap gaya arsitektur bangunan Kolonial di Indonesia". Bekerjasama dengan Pengelola Gedung Sobokarti dan Dosen Prodi Arsitektur Fakultas Arsitektur dan Desain, UNIKA Soegijopranata sebagai Narsum di kedua lokasi.
Dari narasumber, para siswa mendapatkan pengayaan materi tentang Sejarah dan juga berbagai ciri arsitektur dari masing-masing gedung tinggalan kolonial Belanda tersebut. Sekaligus mendapatkan penjelasan tentang perkembangan arsitektur Eropa dari berbagai masa, dan juga gaya arsitektur kolonial di Indonesia yang telah beradaptasi dengan kondisi lingkungan serta budaya di Indonesia.
Penulis : Ika Dewi Retno Sari, M.Pd.
Gabung dalam percakapan