Generalisasi, Periodisasi dan Kronologi Ilmu Sejarah


1. Generalisasi

Generalisasi adalah membentuk gagasan atau simpulan umum dari suatu kejadian yang lebih khusus. generalisasi dalam sejarah dapat dipakai Hipotesis deskriptif atau dugaan sementara dari sebuah peristiwa. Generalisasi yang tersedia dapat menjadi landasan sebuah penelitian bila bersifat sederhana dan sudah dapat diterima umum (Accepted History). Dalam ilmu sejarah terdapat dua tujuan generalisasi diantaranya:

a. Generalisasi Saintifikasi yaitu generalisasi yang sifatnya umum untuk mengecek teori yang lebih luas karena dimungkinkan terdapat perbedaan dengan generalisasi yang lebih sempit. Contoh : Komunis lebih dekat dengan atheisme namun berberapa tokoh komunis adalah penganut agama yang taat seperti halnya Tan Malaka

b. Generalisasi Simplifikasi yaitu generalisasi yang sifatnya sempit dan sederhana. Dalam menentukan simplifikasi terlebih dahulu menyusun periodisasi atau generalisasi periodik untuk mengklasifikasi peristiwa-peristiwa sejarah dalam tahapan atau pembabakan tertentu. Contohnya Peristiwa Cumbok dapat disederhanakan dalam "pertentangan antara hulubalang dengan ulama". Revolusi Sosial di Sumatera Timur yang banyak memakan korban tak bersalah, seperti Amir Hamzah, sering disederhanakan dengan kata "rakyat melawan bangsawan".

2. Periodisasi

Periodisasi dalam sejarah merupakan suatu proses strukturisasi waktu dengan pembagian menjadi babak, zaman atau periode tertentu. Peristiwa Sejarah jumlahnya sangat banyak, hingga bila tidak dikelompokan akan menyulitkan Sejarawan atau pembaca sejarah. Peristiwa-peristiwa tersebut kemudian dikelompkan menurut sifat, keunikannya, atau bentuk hingga membentuk kesatuan waktu tertentu. Periodisasi sejarah berdasarkan waktu kejadiannya merupakan inti dari cerita sejarah.

Periodisasi sejarah banyak memberikan manfaat tidak hanya bagi sejarawan tetapi juga bagi pembaca/penggemar cerita sejarah serta dunia pendidikan secara umum. Alur cerita sejarah disusun dengan skenario tertentu berdasarkan data-data ilmiah oleh sejarawan. Didalamnya juga menempatkan posisi waktu yang disusun secara kronologis sehingga lebih menarik dan bisa dipahami. Secara umum tujuan dilakukannya periodisasi adalah untuk mengadakan tinjauan keseluruhan terhadap peristiwa sejarah. Peristiwa-peristiwa tersebut saling berhubungan dengan berbagai aspek didalamnya. Tahapan periodisasi yang paling mudah adalah pembabakan peristiwa dengan mengunakan urutan abad sebagai dasar pengelompokannya. Berdasarkan pembahasan diatas maka tujuan dari adanya periodisasi dalam sejarah yaitu:

a. Melakukan penyederhanaan terhadap peristiwa-peristiwa sejarah yang jumlahnya sangat banyak
b. Mempermudah klasifikasi ilmu sejarah dengan menggunakan dasar pembabakan waktu terjadinya peristiwa
c. Mengetahui peristiwa sejarah sesuai dengan urutan waktu kejadiannya
d. Memudahkan dalam memberikan pengertian peristiwa Sejarah
e. Adanya Periodisasi Sejarah sebagai prasyarat sistematika ilmu pengetahuan 

Berikut ini merupakan Contoh periodisasi sejarah Indonesia menurut Sartono Kartodirdjo:

1) Prasejarah
2) Zaman Kuno

a) Masa Kerajaan-Kerajaan Tertua
b) Masa Sriwijaya (Dari abad VII sampai abad XIII/ XIV)
c) Masa Majapahit (Dari abad XIV Sampai abad XV)
d) Masa Peralihan (Abad XV) 

3) Zaman Baru

a) Masa Aceh, Mataram, Makasar, Ternate/Tidore (Sejak Abad XVI)
b) Masa perlawanan terhadap Imperialisme Barat (Sejak Abad XIX)
c) Masa pergerakan nasional (Abad XX)
d) Masa Republik Indonesia (Sejak Tahun 1945)

3. Kronologi

Mempelajari peristiwa kita akan dihadapkan pada kehidupan manusia dimasa Lampau. Dalam hal ini sejarah akan selalu bersingungan dengan waktu sebagai unsur yang tidak diisahkan dari peristiwa. Berkaitan dengan waktu dalam sejarah, maka akan disajikan tiga gambaran yakni masa lalu (The Past), masa sekarang (The Present), dan masa yang akan datang (The Future). Pembagian tiga dismensi waktu tersebut sangat penting karena untuk menentukan batasan masing-masing waktu dalam hidup manusia. Apabila tidak ada pembagian waktu berdasarkan tiap-tiap dimensi, maka akan semakin menambah kerumitan dalam sejarah.

Secara Epistemologi kronologi terdiri dari dua kata dalam bahasa Yunani, “khronos” diartikan sebagai waktu dan “logos” yang berarti ilmu. Kronologi sendiri adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa sejarah sesuai urutan waktu kejadiannya. Peristiwa sejarah yang terjadi tentunya akan diurutkan sesuai waktu kejadiannya secara runtut serta berkesinambungan. Kronolgi akan memberikan gambaran kepada kita terhadap suatu peristiwa secara runtut, utuh dan menyeluruh dari tinjauan aspek tertentu. Penggunaan Kronologi dalam sejarah dapat membantu dalam merekonstruksi suatu peristiwa sejarah berdasarkan urutan waktu secara tepat. Apabila konsep kronologi tidak digunakan dalam penyusunan peristiwa, maka peristiwa tersebut akan mengalami kerancuan. Masih berkaitan dengan hal tersebut, Lebih jauh lagi dikhawatirkan peristiwa yang berbeda masa (zaman) dan waktu akan masuk pada masa atau zaman lainnya. 

Contoh penerapan konsep kronologi dalam sejarah dapat kita lihat pada penjajahan Belanda di Indonesia. Awal kedatangan bangsa Belanda dilatarbelakangi karena terputusnya hubungan dagang Belanda dengan Portugis. Peristiwa ini telah memaksa Belanda mencari sendiri daerah penghasil rempah-rempah hingga sampai ke Indonesia. Melihat melimpahnya hasil bumi khususnya rempah-rempah, membuat Belanda berambisi untuk menguasai serta memonopolinya. Guna melancarkan tujuan tersebut bangsa Belanda kemudian membentuk VOC dengan segala keistimewaan yang dimiliki. Keberadaan VOC menjadi titik awal Penjajahan dan Eksploitasi yang dilakukan bangsa Belada diberbagai wilayah di Indonesia.

E. Konsep sinkronik dan diakronik dalam Ilmu Sejarah

Sebelum kita mempelajari tentang konsep Sinkronik dan Diakronik, pernahkah kita membaca sebuah buku yang disusun berdasarkan urutan kronologi waktu atau sebuah buku yang bercerita tentang panjang lebar peristiwa yang terjadi dalam satu waktu. Mari kita pelajari..!

1. Konsep sinkronik 

Kata sinkronik, berasal dari bahasa Yunani yaitu syn yang berarti dengan, sedangkan chronoss yang berarti waktu. Kajian sejarah secara sinkronik memiliki pengertian mengkaji peristiwa sejarah dengan segala aspeknya pada masa atau waktu tertentu dengan lebih mendalam. Konsep Sinkronik memiliki ciri – ciri sebagai berikut :

a. Mengkaji peristiwa sejarah berdimensi ruang
b. Peristiwa sejarah di kaji sebagai sebuah system yang terstruktur dimana ada unsur unsur yang saling berhubungan
c. Peristiwa sejarah pada waktu tertentu saja
d. Memiliki cakupan yang lebih sempit dan mendalam
e. Kajian melibatkan disiplin ilmu social lainya

2. Konsep diakronik

Kata diakronik berasal dari bahasa Yunani, yaitu dia yang berarti melintas, melampaui, atau melalui, sedangkan chronoss berarti waktu. Kajian sejarah secara diakronik memeiliki pengertian proses berpikir sesuatu yang melintas, melalui, dan melampaui dalam batasan waktu yang panjang. Dalam konteks ilmu Sejarah adalah peristiwa atau kejadian. Konsep Diakronik memiliki ciri – ciri sebagai berikut ;

a. Mengkaji peristiwa sejarah berdimensi waktu
b. Memandang peristiwa sejarah meliki hubungan satu dengan yang lainya
c. Kajian Peristiwa sejarah lebih dari 1 peristiwa dalam rangkaian kronologi
d. Cakupan Kajian lebih luas dan vertikal 

Ditulis oleh : Eko Pujiono, S.Pd., S.Kom. (Guru Sejarah SMAN 1 Semarang)