Serangan Umum 1 Maret

Serangan Umum 1 Maret, juga dikenal sebagai Hari Perlawanan Rakyat, adalah peristiwa penting dalam sejarah perjuangan Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya dari penjajahan Belanda. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 1 Maret 1949 di Yogyakarta, ketika pasukan Indonesia yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto menyerang markas Belanda di Yogyakarta.

Serangan ini merupakan respons terhadap serangan terhadap pasukan Indonesia pada tanggal 25 Februari 1949, yang dilakukan oleh pasukan Belanda dalam operasi militer mereka di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Serangan tersebut menyebabkan banyak korban jiwa di pihak Indonesia.

Serangan Umum 1 Maret berhasil merebut kendali atas markas Belanda di Yogyakarta dan meredakan ketegangan yang sedang tinggi pada saat itu. Serangan ini juga menjadi tonggak penting dalam sejarah perjuangan Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaannya dan membuktikan bahwa pasukan Indonesia memiliki kemampuan untuk melawan pasukan Belanda yang lebih kuat.

Serangan Umum 1 Maret 1949 dilatarbelakangi oleh propaganda Belanda ke dunia internasional yang mengklaim bahwa Indonesia sudah hancur. Tak hanya itu, kelompok Belanda juga mengatakan bahwa pasukan tentara Indonesia tidak ada yang tersisa meski negaranya sudah merdeka. Dengan ketiadaan Negara Indonesia dan pasukan tentara, pihak Belanda merasa bisa leluasa menguasai kembali wilayah Indonesia.

Sejak 19 Desember 1948, Yogyakarta ibu kota Indonesia jatuh ke tangan Belanda. Presiden Sukarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, serta banyak menteri di kabinet yang ditawan Belanda dan diasingkan ke luar Jawa. Sebelum di tangkap Soekarno sempat mengirimkan pesan kepada Sjafruddin Prawiranegara di Sumatera Barat untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berpusat di Bukit Tinggi. Tujuan dari hal tersebut adalah mempertahankan eksistensi pemerintahan, Indonesia masih ada.

Untuk membuktikan eksistensi kekuatan militer, maka sebuah serangan besar-besaran hasil dilancarkan dengan Yogyakarta sebagai sasaran utamanya. Alasan penting yang mendasari memilih Yogyakarta sebagai sasaran utama adalah:
  1. Yogyakarta adalah Ibu kota RI, sehingga bila dapat direbut walau hanya untuk beberapa jam, akan berpengaruh besar terhadap perjuangan Indonesia melawan Belanda.
  2. Keberadaan banyak wartawan asing di Hotel Merdeka Yogyakarta, serta masih adanya anggota delegasi UNCI, serta pengamat militer dari PBB. 
  3. Langsung di bawah wilayah Divisi III/GM III sehingga tidak perlu persetujuan Panglima/GM lain dan semua pasukan memahami dan menguasai situasi/daerah operasi.

Setelah persiapan matang, diputuskan akan dilancarkan tanggal 1 Maret 1949, pukul 06.00 pagi. Instruksi segera diteruskan ke semua pihak yang terkait. Puncak serangan dilakukan dengan serangan umum terhadap kota Yogyakarta (ibu kota negara) pada tanggal 1 Maret 1949, dibawah pimpinan Letnan Kolonel Suharto, Komandan Brigade 10 daerah Wehrkreise III dan dapat menguasai wilayah Yogyakarta selama 6 jam.

(Sumber : https://www.gramedia.com/literasi/sejarah-serangan-umum-1-maret/)


Serangan pasukan yang mendadak itu membuat Belanda terkepung dan pasukan gerilyawan RI berhasil menguasai kota selama 6 jam. Pada jam 11.00 WIB Belandan mendapatkan bantuan dari Magelang di Yogyakarta, dengan kekuatan satu Batalyon Infanteri Brigade V, yang terdiri atas pasukan lapis baja, pasukan Netherland Indies Civil Administration (NICA) atau Sekutu, dan pasukan Gajah Merah pimpinan Kolonel Van Zaten membuat gerilyawan RI segera menarik pasukan kembali ke luar kota.

Berita mengenai keberhasilan Serangan Umum 1 Maret 1949 disebarluaskan melalui jaringan radio AURI dengan sandi PC-2 di Playen, Wonosari, Gunungkidul secara beranting menyusuri jaringan radio AURI di Sumatra. Dari peristiwa ini Belanda akhirnya di tekan dunia Internasional untuk melakukan perundingan kembali dengan Indonesia.

Untuk lebih jelas bagaimana bagaimana Serangan Umum 1 Maret 1949 terjadi silahkan menonton video berikut


 Penulis : Rifa Irwan Sani, S.Pd., Gr.