Peristiwa-peristiwa Seputar Proklamasi
Perhatikan gambar di bawah ini
Gambar di atas adalah foto tentara Amerika yang menancapkan bendera di puncak bukit Suribachi, Iwo Jima, setelah keberhasilan mereka menaklukkan Iwo Jima, sebuah pulau terpenting yang dipertahankan 22.000 tentara Jepang dalam Perang Dunia ke-2. Jatuhnya Iwo Jima berpengaruh sangat penting karena Sekutu kemudian menggunakan pulau tersebut sebagai basis penyerangan langsung ke wilayah Jepang.
Menurut kalian, faktor apa yang membuat Jepang mengalami kekalahan dalam perang Dunia ke-2?
Apakah kekalahan Jepang tersebut berhubungan dengan nasib bangsa Indonesia?
1. Kekalahan Jepang dalam perang Asia Pasifik
Serbuan Jepang di Pearl Harbour pada tanggal 7 Desember 1941 membawa Asia Pasifik menjadi kancah pertempuran Perang Dunia 2. Jatuhnya Peral Harbour membuat Jepang leluasa menyerang dan merebut kawasan Asia Pasifik. Amerika yang tadinya menahan diri akhirnya ikut terjun dalam kancah pertempuran setelah hancurnya Pearl Harbour. Jepang mengalami kekalahan pertama dalam perang Asia Pasifik pada pertempuran laut di Midway pada tanggal 4 -7 Juni 1942. Serangan Jepang, seperti halnya serangan ke Pearl Harbor, dimaksudkan untuk melenyapkan Amerika Serikat sebagai kekuatan strategis di Pasifik, agar Jepang dapat bebas mendirikan Lingkungan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Pihak Jepang berharap kekalahan berikutnya akan mendemoralisasi Amerika Serikat hingga dapat dipaksa bernegosiasi mengakhiri Perang Pasifik dengan syarat-syarat yang menguntungkan Jepang.
Rencana Jepang disusun untuk memancing kapal induk Amerika Serikat yang jumlahnya hanya sedikit hingga masuk ke dalam jebakan.Jepang juga bermaksud menduduki Atol Midway sebagai bagian dari rencana menyeluruh memperluas garis luar pertahanan mereka sebagai respons dari Serangan Udara Doolittle. Operasi ini dianggap sebagai persiapan serangan Jepang selanjutnya ke Fiji dan Samoa. Rencana ini cacat akibat kesalahan asumsi Jepang tentang reaksi Amerika Serikat dan pengambilan keputusan yang kurang baik.
Pemecah kode Amerika berhasil memecahkan sandi Jepang tentang tanggal dan lokasi serangan, dan memungkinkan Angkatan Laut Amerika Serikat menyusun rencana penyergapan tiba-tiba. Empat kapal induk dan sebuah kapal penjelajah berat Jepang tenggelam, 248 kapal ikut tenggelam, lebih dari 3000 tentara Jepang tewas, sementara pihak Amerika Serikat kehilangan sebuah kapal induk dan sebuah kapal perusak. Kerugian besar berupa tenggelamnya empat kapal induk dan tewasnya penerbang dalam jumlah besar melemahkan kekuatan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Jepang tidak mampu lagi menyaingi kecepatan Amerika Serikat dalam membangun kapal-kapal perang dan melatih penerbang baru.
Perang Asia Pasifik atau perang Asia Timur Raya memasuki babak baru pada tahun 1943. Jepang yang semula terus memperluas wilayah dan ofensif dalam perang mulai banyak mengalami kekalahan karena keterbatasan kekuatan perang mereka. Memasuki tahun 1945 posisi Jepang semakin terjepit, jatuhnya Iwo Jima dan Okinawa makin membuat posisi Jepang terancam. Posisi Iwo Jima yang dekat dengan pusat kekuatan Jepang di Tokyo membuat pesawat-pesawat tempur Sekutu dapat menjangkau Jepang tanpa perlu mengisi ulang bahan bakar, Okinawa sendiri direncanakan sebagai basis operasi udara untuk rencana invasi ke daratan utama Jepang. Pertempuran Okinawa menimbulkan korban terbesar dalam Medan Perang Pasifik Perang Dunia II. Jepang menderita kerugian lebih dari 100.000 tentara tewas, ditangkap, atau bunuh diri.
2. Munculnya Janji Koiso
Kekalahan demi kekalahan yang diserita Jepang dalam perang Asia Pasifik melawan sekutu membuat mereka mulai menyadari bahwa kekuatan perangnya tidak mungkin sendirian melindungi wilayah Asia Pasifik yang sedemikian luas. Satu satunya harapan adalah apabila daerah jajahan bisa dikerahkan kekuatannya untuk membantu Jepang dalam perang. Pada tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri Jepang Kuniaki Koiso mengumumkan bahwa kekaisaran Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia kelak di kemudian hari. Janji tersebut kemudian diikuti dengan sikap pemerintah kekaisaran Jepang yang mulai melonggarkan pengawasan mereka terhadap pergerakan kaum nasionalis di Indonesia, mereka juga membentuk beberapa organisasi yang dapat menjadi wadah bagi tokoh-tokoh pergerakan. Rakyat Indonesia diperbolehkan mengibarkan bendera merah putih di samping bendera Jepang. Selain itu, rakyat Indonesia juga diperbolehkan untuk menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya setelah lagu kebangsaan Jepang. Tindakan tersebut dilakukan oleh Jepang agar rakyat Indonesia bersedia membantu mempertahankan posisi militer Jepang atas serangan Sekutu.
3. Pembentukan BPUPKI
Menindaklanjuti pernyataan kemerdekaan Jepangdan dorongan dari kaum nasionalis mengenai perwujudan janji tersebut dibentuk Docuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 29 April 1945 dengan tugas utama menyelidiki dan mempersiapkan segala hal yang dianggap perlu dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia. Sidang pertama BPUPKI diadakan pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945 membicarakan mengenai rumusan dasar negara. Pembicara pertama Muh Yamin mengajukan lima asas dasar negara yaitu Peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri ketuhanan, peri kerakyatan dan kesejahteraan rakyat. Pada sidang tangal 31 Mei 1945 Prof. Dr. Soepomo mengajukan lima asas yaitu persatuan, kekeluargaan, keseimbangan lahir dan batin, musyawarah, dan keadilan sosial. Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mengemukakan lima asas sebagai dasar negara yaitu kebangsaan Indonesia, Internasionalisme atau peri kemanusiaan, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan sosial, Ketuhanan yang maha esa. Kelima asas inilah yang disebut Ir. Soekarno dengan sebutan Pancasila. Selanjutnya sidang ditutup dan memasuki masa reses selama satu bulan. Pembahasan mengenai asas dan tujuan negara Indonesia merdeka dilanjutkan oleh Panitia kecil atau Panitia Sembilan. Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan menghasilkan dokumen Yang dikenal dengan sebutan Piagam Jakarta (Jakarta Charter).
Sidang Kedua BPUPKI dilaksanakan pada tanggal 10 – 17 Juli 1945 membahas rancangan undang undang dasar, juga menetapkan pembentukan 3 panitia yaitu panitia hukum dasar, panitia masalah ekonomi, dan panitia masalah bela negara. Pada tanggal 14 Juli 1945, Ir. Soekarno melaporan hasil sidang panitia kecil yang berisi:
a. Pernyataan Indonesia Merdeka
b. Pembukaan UUD (diambil dari piagam Jakarta)
c. Batang tubuh yang kemudian disebut dengan undang-undang dasar
4. Pembentukan PPKI
Dengan selesainya sidang ke 2 tugas BPUPKI dianggap telah selesai sehingga kemudian dibubarkan, untuk tugas selanjutnya Jepang membentuk PPKI pada tanggal 7 Agustus 1945. Anggota PPKI berjumlah 21 orang dengan Ketuanya Ir. Soekarno, Moh. Hatta sebagai wakil, dan Ahmad Soebarjo sebagai penasehat. Sebagai kelanjutan dari pengangkatan tersebut Jenderal Terauchi selaku pemimpin markas besar tentara wilayah selatan memanggil tiga tokoh yaitu Ir. Soekarno, Moh Hatta, dan Radjiman Wediodiningrat ke Dalat, Vietnam pada tanggal 9 Agustus 1945 untuk membahas perihal kemerdekaan Indonesia. Dalam perjalanan rombongan berangkat dari Jakarta, transit dan menginap semalam di Singapura, dilanjutkan perjalanan ke Saigon, kemudian perjalanan darat ke Dalat, 6 jam dari Saigon. Mereka bertemu Jendral Terauci pada tanggal 11 Agustus 1945.
Dalam pertemuan tersebut disampaikan beberapa hal yaitu :
- Pembentukan PPKI sebagai pengganti BPUPKI dengan tugas terfokus pada persiapan kemerdekaan Indonesia
- Kemerdekaan akan diberikan pada tanggal 24 Agustus 1945
- Kemerdekaan diberikan secara berangsur-angsur dimulai dari pulau Jawa, baru menyusul pulau-pulau lainnya Sesudah menerima pernyataan-pernyataan tersebut rombongan kemudian kembali ke Jakarta dan sampai di Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945.
5. Bom atom di Hiroshima dan Nagasaki
Pada tanggal 26 Juli 1945 tiga pemimpin negara sekutu yaitu Harry S Truman (AS), Winston Churchill (Inggris), Chiang Kai Sek (Cina) melaksanakan Konferensi Postdam yang menghasilkan sebuah deklarasi kemudian dikenal dengan Deklarasi Postdam. Isi dari Deklarasi memberikan pilihan kepada Jepang untuk menyerah atau menerima kehancuran total sebagai akibat serangan Sekutu. Jepang menolak ultimatum tersebut sehingga Sekutu yang tidak dapat lagi bersabar menunggu penyerahan Jepang memutuskan menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Bom atom dengan nama “Little Boy” dijatuhkan di Hiroshima pada tanggal 6 Agustus dan bom berikutnya yang diberi nama “Fat Man” dijatuhkan di Nagasaki tanggal 9 Agustus 1945.
Gambar: Bom atom ‘Little Boy’ yang dijatuhkan di Hiroshima, ledakan bom ini setara dengan 15.000 ton bom TNT dan menghancurkan wilayah seluas dalam radius 8 km. Gambar: Bom Atom “Fat Man” dijatuhkan di Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945
Gambar: Bom Atom “Fat Man” dijatuhkan di Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945 |
Pada tanggal 15 Agustus 1945, setelah kehancuran luar biasa sebagai dampak bom Hiroshima dan Nagasaki, Pemimpin tertinggi Jepang, Kaisar Hirohito menyampaikan pidato mengenai perintah Kaisar untuk menghentikan perang, menerima Deklarasi Postdam dan menyatakan menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Berita mengenai kekalahan Jepang tersebut didengar oleh para pemuda yang kemudian berkumpul di salah satu ruamg lembaga Bakteriologi Jalan Pegangsaan Timur no 13 Jakarta di bawah pimpinan Chairul Saleh. Para pemuda bersepakat bahwa masalah kemerdekaan adalah hak dan bangsa Indonesia sendiri dan tidak boleh tergantung kepada negaralain, selanjutnya rapat juga menyepakati untuk mendesak Soekarno-Hatta melaksanakan Proklamasi pada tanggal 16 Agustus 1945.
Sutan Syahrir, salah satu tokoh pergerakan pada masa pendudukan Jepang yang juga mengetahui kabar penyerahan Jepang tersebut segera menemui Moh Hatta yang baru saja kembali dari Vietnam pada tanggal 15 Agustus 1945. Mendengar kabar yang disampaikan Sutan Syahrir, Moh Hatta masih tampak ragu-ragu dan memilih menanti hasil sidang PPKI dulu. Sementara itu para pemuda yang diwakili oleh Darwis dan Wikana juga datang dan meyampaikan hasil pertemuan di Laboratorium Bakteriologi dan mendesak Soekarno-Hatta melaksanakan Proklamasi tanpa menunggu sidang PPKI yang dianggap sebagai organisasi bentukan Jepang. Hal tersebut tetap ditolak oleh Soekarno-Hatta. Golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta tetap berpegang teguh pada kehendak menunggu hasil sidang PPKI sambil memastikan kebenaran dari berita penyerahan Jepang tersebut.
Pada malam hari menjelang tanggal 16 Agustus, golongan muda dipimpin oleh Chaerul Saleh mengadakan rapat kedua di asrama Baperpi, Cikini . Dalam rapat disepakati untuk membawa Soekarno dan Hatta keluar dari Jakarta dengan tujuan memaksa mereka melaksanakan Proklamasi dan mengamankan dari pengaruh Jepang. Tempat yang dipilih para pemuda adalah Rengasdengklok, kabupaten Karawang Jawa barat, 15 km dari Jalan raya Jakarta-Cirebon. Tempat ini dipilih karena letaknya yang terpencil sehingga terhindar dari kecurigaan Jepang, terdapat tentara Peta dengan persenjataan lengkap, dan mudah dipantau para pemuda. Menjelang subuh para pemuda dengan dipimpin oleh Shodanco Singgih, melaksanakan aksinya, mereka menjemput Ir. Soekarno beserta ibu Fatmawati dan putra pertamanya yaitu Guntur, kemudian menjemput Moh Hatta. Mereka kemudian membawa tokoh tokoh tersebut ke Rengasdengklok.
Di Jakarta Mr. Ahmad Soebarjo bersama dengan anggota PPKI resah menunggu karena hingga siang Soekarno dan Moh Hatta tidak juga muncul untuk memimpin rapat PPKI. Akhirnya Ahmad Soebarjo mengetahui bahwa kedua tokoh tersebut dibawa oleh para pemuda ke Rengasdengklok. Setelah berhasil meyakinkan para pemuda mengenai pelaksanaan Proklamasi akhirnya Ahmad Soebarjo dipertemukan dengan Soekarno dan Moh Hatta. Bersama dengan para pemuda mereka menyepakati bahwa Proklamasi akan dilaksanakan esok hari pada tanggal 17 Agustus 1945, seterusnya mereka diantar kembali ke Jakarta. Di Jakarta Soekarno dan Moh Hatta bersama Laksamana Maeda dan penterjemah Miyoshi, menemui Mayo Jenderal Nishimura untuk mengkonfirmasi mengenai takhluknya Jepang pada Sekutu. Nishimura hanya mengatakan bahwa keadaan sudah berubah karena mulai pukul 13.00 siang tentara Jepang di Jawa menerima perintah untuk tetap menjaga status quo sehingga janji kemerdekaan yang telah diberikan tidak mungkin bisa dipenuhi dan Jepang harus mengikuti kehendak sekutu. Setelah menerima keterangan tersebut mereka segera meninggalkan rumah Nishimura dengan membawa kepastian bahwa Proklamasi akan tetap dilaksanakan sendiri oleh bangsa Indonesia. Sedianya penyusunan naskah proklamasi akan dilakukan di hotel des Indes karena anggota-anggota PPKI banyak menginap di sana, namun karena jam sudah terlampau malam dan hotel tidak dapat menerima tamu maka dicarilah alternatif lain dan dalam situasi tersebut Laksamana Maeda mempersilakan rumahnya dipakai untuk tempat penyusunan naskah Proklamasi.
7. Penyusunan Naskah Proklamasi
Pada malam hari tanggal 16 Agustus berkumpullah para tokoh golongan tua, golongan muda, para anggota PPKI di rumah Laksamana Maeda Jl. Imam Bonjol No 1. Para tamu berkumpul di ruang tamu, sedangkan Ir. Soekarno, Moh Hatta, dan Mr. Ahmad Soebarjo berkumpul di ruang makan. Setelah berdiskusi sekian lama akhirnya didiktekanlah 2 kalimat, “kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia, hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”. Setelah disetujui naskah ini kemudian di bawa ke ruang tengah, kepada hadirin yang ada Soekarno kemudian membacakan naskah tulisan tangannya tersebut, semua hadirin menyetujui isinya. Hatta kemudian mengusulkan semua yang hadir menandatangani naskah tersebut, usul ini ditolak dan Sukarni mengusulkan agar naskah ditandatangai oleh Soekarno dan Hatta saja sebagai perwakilan bangsa Indonesia. Soekarno kemudian meminta Sayuti Melik mengetik naskah tersebut. Naskah ketikan inilah yang kemudian ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta.
Perhatikan kedua naskah Proklamasi di atas, temukan 5 perbedaan di antara keduanya!
8. Detik-detik Proklamasi
Pembacaan Proklamasi sedianya akan dilaksanakan di lapangan Ikada, namun rencana ini bocor diketahui oleh Jepang sehingga kemudian dialihkan di rumah Ir. Soekarno, Jl Pegangsaan Timur No 56 Jakarta (sekarang Jalan Proklamasi). Menjelang pembacaan teks Proklamasi hadirin telah memadati rumah Ir. Soekarno, sementara pasukan tentara Peta dibawah pimpinan Shodanco Latief Hendraningrat dan Arifin Abdurrahman menjaga kemanan. Kurang lebih Pukul 10.00 Moh Hatta telah tiba di rumah Ir. Soekarno, keduanya kemudian bergegas menuju ke tempat upacara. Upacara dilaksanakan tanpa protokoler dengan urutan sebagai berikut :
- Pidato singkat Ir. Soekarno, dilanjutkan pembacaan Naskah Proklamasi
- Pengibaran Bendera Merah Putih (hadirin serentak menyanyikan lagu Indonesia Raya)
- Sambutan Wali Kota Jakarta , Soewirjo
Semua hadirin mengikuti jalannya upacara dengan hikmat dan tertib, merekalah saksi sejarah perjuangan bangsa Indonesia selama ratusan tahun untuk mendapatkan kemerdekaan yang sebenar-benarnya. Melalui peristiwa Proklamasi inilah bangsa Indonesia telah menyatakan diri sebagai bangsa yang merdeka, lepas dari belenggu penjajahan dan memiliki kebebasan dan hak menentukan perjalanan sebagai sebuah negara yang merdeka. Secara umum Proklamasi memiliki arti penting antara lain sebagai berikut :
- Merupakan puncak perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya
- Bangsa Indonesia mendapat kebebasan untuk menentukan nasibnya sendiri sebagai bangsa yang berdaulat
- Jembatan emas menuju masyarakat yang adil dan makmur
- Sumber hukum pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia
- Alat untuk mencapai tujuan negara dan cita-cita bangsa Indonesia
- Lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
- Titik tolak pelaksanaan amanat penderitaan rakyat dan puncak perjuangan pergerakan
- Menunjukkan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia telah berdaulat dan wajib dihormati oleh negara lain secara layak
- Memiliki kedudukan yang sama dan sederajat dengan hak dan kewajiban yang sama dengan bangsa lain yang sudah merdeka
Ada beberapa fakta unik dalam peristiwa Proklamsi antara lain sebagai berikut :
- Proklamasi dilaksanakan pada hari Jumat, bertepatan dengan hari kesepuluh bulan ramadhan tahun 1366 H.
- Tiang bendera disiapkan secara mendadak dengan menggunakan sebatang bambu
- Ir. Soekarno sedang dalam kondisi sakit gejala malaria
- Dokumen naskah proklamasi hampir disita oleh Jepang
- Frans Mendoer, adalah fotografer yang berhasil mengabadikan peristiwa proklamasi, gambar-gambarnya bisa kita lihat sampai saat ini
- Naskah proklamasi tulisan tangan Ir. Soekarno ditemukan di tempat sampah, dan disimpan oleh BM Diah, wartawan asal Aceh
9. Penyebarluasan berita Proklamasi
Proklamasi memang telah dilaksanakan, tugas berikutnya menanti yaitu penyebaran berita mengenai Proklamasi tersebut, rakyat di seluruh tanah air harus mengetahui berita tersebut. Para pemuda memutuskan untuk memanfaatkan media komunikasi yang banyak digunakan yaitu pamflet dan surat kabar. Pamflet dipasang di berbagai tempat yang strategi dan mudah dilihat. Suart kabar yang pertama menyiarkan berita proklamasi adalah Tjahaja yang terbit di Bandung dan Soeara Asia yang terbit di Surabaya. Peyebaran berita juga dilakukan dengan menggunakan pemancar radio di kantor berita Domei. Wartawan bernama Syahrudin menyampaikan salinan Proklamasi kepada Waidan B. Panelewen yang kemudian memerintahkan petugas telekomunikasi bernama F. Wuz menyiarkan berita Proklamasi. Tentara Jepang yang mengetahui hal tersebut meminta supaya siaran dihentikan namun tidak digubris. Akibatnya pada tanggal 20 Agustus , Jepang menyegel kantor berita Domei dan melarang para pegawainya masuk kantor. Dengan bantuan sejumlah teknisi para pemuda mencuri pemancar radio di Domei dibawa ke Jalan Menteng No. 31 dan digunakan untuk menyiarkan berita Proklamasi. Disamping melalui Pamflet, selebaran, surat kabar, dan siaran radio penyebaran berita Proklamasi juga dilakukan oleh para utusan yang menghadiri sidang PPKI dan menyaksikan langsung pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Utusan tersebut antara lain Teuku Muhammad Hassan (Aceh), GSSJ Ratulangie (Sulawesi), Ktut Pudja (Bali), dan A.A Hamidan (Kalimantan). Melalui berbagai cara inilah dengan cepat berita Proklamsi tersebar ke sulur penjuru tanah air Indonesia.
10. Dukungan terhadap Proklamasi
Setelah Proklamasi kemerdekaan dibunyikan rakyat Indonesia di berbagai daerah menyambut dengan gembira pernyataan ini. Bentrokan dengan tentara Jepang yang diserahi menjaga status quo tidak terelakkan lagi. Sementara itu pemerintahan di berbagai daerah juga menunjukkan dukungan penuh terhadap Proklamasi seperti ditunjukkan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX di Yogyakarta. Pada tanggal 5 September 1945 Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengeluarkan pernyataan Yogyakarta sebagai bagian dari wilayah Negara Republik Indonesia.
Di Jakarta dipelopori oleh Komite Van Actie Menteng 31 diadakan rapat raksasa di Lapangan Ikatan Atletik Djakarta (IKADA), pada tanggal 19 September 1945. Rapat ini diadakan dengan tujuan agar para pemimpin bangsa Indonesia dapat bertemu dan berbicara langsung kepada rakyatnya. Jepang mengetahui rencana ini sehingga menempatkan tentaranya untuk berjaga-jaga. Dalam suasana tegang Ir. Soekarno kemudian naik ke mimbar dan menyampaikan kepada rakyat agar tetap percaya dan mendukung pemerintah yang baru selanjutnya meminta massa untuk pulang ke rumah masing-masing dengan tenang.
Ditulis oleh : Budi Santosa, S.Pd, MM
Gabung dalam percakapan