Pelaksanaan Politik Etis

Pelaksanaan politik ekonomi liberal mengakibatkan kemerosotan kehidupan pribumi karena eksploitasi tenaga kerja yang berlebihan. Keadaan ini memicu kritik kaum etis negeri Belanda. Theodore Van Deventer sebagai salah seorang pengkritik menegaskan bahwa kemajuan yang dicapai Belanda tidak terlepas dari pengorbanan rakyat Indonesia. Oleh sebab itu Belanda dinilai mempunyai hutang kehormatan kepada rakyat Indonesia. Kritikan Van Deventer menjadi dasar perubahan politik ekonomi liberal menjadi politik etis di Indonesia. Terdapat tiga gagasan pokok yang dikenal sebagai Trilogi Van Deventer yaitu edukasi, irigasi dan emigrasi atau transmigrasi. Kelak di kemudian hari, edukasi yang diterapkan mampu melahirkan golongan cendekiawan sebagai pencetus pergerakan nasional.

Setelah disahkan sebagai politik yang berlaku di Indonesia, pemerintah Belanda merealisasikannya dengan membangun beberapa sekolah, membuat saluran irigasi serta memindahkan pekerja dari Jawa ke Lampung dan Deli di Sumatra pada tahun 1905. Pelaksanaan politik etis pada akhirnya menyimpang dari perjuangan kaum etis di parlemen Belanda. Beberapa penyimpangan politik etis adalah sebagai berikut :

Sumber : kompas.com

  1. Edukasi bukan untuk memajukan taraf pendidikan kaum bumi putera, namun hanya ditujukan untuk mencetak tenaga administrasi rendah yang menguntungkan Belanda. 
  2. Irigasi bukan untuk mengairi sawah seluruh petani, melainkan hanya digunakan untuk mengairi sawah milik penguasa lokal yang loyal kepada Belanda. 
  3. Emigrasi/transmigrasi bukan untuk membuka peluang usaha bagi petani yang tak punya lahan di Jawa, akan tetapi menjadi media dalam menciptakan eksploitasi pekerja di perkebunan milik Belanda di luar Jawa. 


 

Penulis : Anna Sri Marlupi, S.S.