Masuk dan Berkembangnya Kebudayaan Buddha di Indonesia
Sedangkan pembawa dan penyebar agama Budha di Indonesia adalah para pedagang dari India dan China. Melalui jalur perdagangan, mereka turut andil dalam menyebarkan agama Budha di Indonesia.. Buddha merupakan ajaran dari Sidharta Gautama yang muncul sebagai reaksi terhadap dominasi kaum brahmana atas ritual keagamaan masyarakat di India. Dalam ajaran Buddha siapapun dapat mencapai kesempurnaan atau nirwana tanpa bantuan dari kaum Brahmana.
Di India agama Buddha berkembang dengan pesat ketika India diperintah oleh dinasti Maurya dengan ashoka sebagai rajanya. Ajaran Budda dibukukan dalam kitab Tripitaka yang terdiri dari tiga bagian yaitu :
- Sutta pitaka, berisi kumpulan khutbah dari Buddha
- Vinaya Pitaka, berisi kumpulan aturan kehidupan pendeta Buddha
- Abhidharma Pitaka, berisi filosofi, psikologi, sistematika ajaran-ajaran Buddha
Dalam agama Budha ada sepuluh peraturan (dasa sila) yang harus ditaati oleh para bhiksu dan bhiksuni yaitu :
- Ahimsa (dilarah membunuh)
- Dilarang beristri / bersuami
- Tidak boleh makan tidak pada tempatnya
- Tidak boleh tidur ditempat yang enak / kasur
- Tidak boleh bersolek
- Tidak boleh menerima hadiah uang
- Tidak boleh minum yang memabukkan
- Tidak boleh berkata bohong
- Tidak boleh mengambil milik orang lain
- Tidak boleh menghadiri kesenangan duniawi
Dalam agama Budha juga diajarkan 8 (delapan) jalan kebenaran (Hastamarga) yaitu :
- Minat yang benar
- Pengetahuan yang benar
- Perkataan yang benar
- Tingkah laku yang benar
- Penghidupan / mata pencaharian yang benar
- Usaha yang benar
- Perhatian yang benar
- Semadi yang benar
Selain itu ada juga ajaran enam kebijaksanaan (Sad Paramita) yaitu :
- Dana Paramita, yaitu sifat ketuhana dalam melaksanakan darma, yaitu memberikan kepada orang lain
- Sila, yaitu sifat ketuhanan dalam wujud perbuatan yang dilakukan oleh gerak-gerik badan, tangan, kaki, pikiran, dan mulut yang merugikan orang lain
- Kshanti, yaitu sifat pikiran yang tenang dalam menghadapi celaan, kritikan dan sanjungan
- Virya, sifat yang dapat membangnkitkan semangat dan tenaga yang berguna untuk segalanya
- Bakti, rasa ingin membantu apa saja kepada yang membutuhkan
- Semadi, yang dapat mencapai penerangan hati misalnya meditasi
Agama Buddha berkembang di Indonesia menjadi dua aliran yaitu Mahayana dan Hinayana. Aliran Mahayana percaya bahwa setiap orang dapat mencapai nirwana dengan mengembangkan sifat welas asih dan dibimbing oleh seorang Bodhisatwa atau orang yang telah mendapat pencerahan. Atau dengan kata lain apabila ada seseorang yang sekiranya sudah dapat mencapai kenikmatan nirwana, tidak hanya semata-mata untuk dirinya sendiri, tetapi ia akan membantu orang lain yang masih dalam kegelapan
Ciri-ciri Aliran Mahayana sebagai berikut :
- Tiap manusia yang telah mencapai Bodhi atas pertolongan Awalokiteswara diwajibkan menolong orang lain
- Terpengaruh filsafat Yunani, Persia dan Romawi
- Keanggotaannya tidak hanya dikalangan para bhiksu, namun juga masyarakat luas d. Mengenal pematungan Buddha
Sedangkan Aliran Hinayana percaya bahwa setiap orang bisa mencapai nirwana dengan usahanya sendiri, yaitu dengan melakukan meditasi. Ciri-cirinya :
- Untuk mencapai nirwana setiap orang harus berusaha sendiri menurut petunjuk Budha
- Tidak terpengaruh aliran baru
- Tidak mengenal pematungan Budha
- Anggota Sangha hanya para bhiksu atau bhiksuni
Namun di Indonesia terdapat berbagai macam aliran dari agama Buddha, selain aliran Theravada dan Mahayana ada lagi yang dinamakan Tantrayana (Vajrayana/ Mantrayana), Tridharma, Nichiren, Buddhayana, Bahkan dapat dikatakan agama Buddha di Indonesia mempresentasikan hampir semua aliran Buddha yang ada di dunia
Untuk mengetahui masuknya Buddha ke Indonesia Mengetahui kapan tepatnya agama Buddha masuk ke Indonesia merupakan hal yang sangat sulit. Hal ini karena tidak adanya data tertulis yang menyatakan hal tersebut. Berita cukup jelas mengenai perkembangan agama Buddha di Indonesia terdapat dari laporan seorang Cina yang berasal dari abad ke-4 Fa Hsien (+/-337 – 422 M), yang sekembalinya dari Ceylon (Sri Lanka) ke China pada tahun 414 Masehi terpaksa mendarat di negeri yang bernama Ye-Po-Ti karena kapalnya rusak. Sekarang tidak terlalu jelas apakah Ye-Po-Ti itu Jawa atau Sumatera. Beberapa ahli mengatakan bahwa Ye-Po-Ti adalah Jawa (Javadvipa). Fa Hsien menyebutkan dalam catatannya bahwa hanya sedikit umat Buddha yang dijumpai di Ye-Po-Ti, yang banyak adalah orang-orang yang beragama Hindu.
Laporan orang-orang Cina lainnya adalah bahwa antara tahun 454-464 terdapat sebuah kerajaan yang disebut "Kan-to-li" -diperkirakan di Sumatra- diperintah oleh raja Warunarendra di mana ia mengirim patung Rudra Hindu ke Cina. Namun pada tahun 502 raja beragama Buddha memerintah di sana dan tahun 519 digantikan oleh putranya yang bernama Wijayawarman.
Penulis : Moh Khoiri, S.Pd., M.Si
Gabung dalam percakapan