Kesultanan Banten
Pada awalnya Banten adalah daerah kekusaan Kerajaan Pajajaran. Rajanya (Samiam) mengadakan hubungan dengan Portugis di Malaka, untuk membendung meluasnya kekuasaan Demak. Oleh karena itu, Sultan Trenggono dari Demak mengutus Fatahillah atau Faletehan untuk merebut Banten. Usaha itu berhasil secara gemilang. Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon jatuh ketangan Faletehan. Sejak saat itu, agama Islam berkembang pesat di Jawa Barat. Pada tahun 1552 Faletehan meyerahkan pemerintahan Banten kepada putranya , Hasanuddin. Dibawah pemerintahan Sultan Hasanuddin (1552-1570), Banten cepat berkembang menjadi besar. Wilayahnya meluas sampai Lampung, Bengkulu, dan Palembang.
Kehidupan Politik
Pada masa pemerintahan Maulana Yusuf, keadaan Banten aman dan tenteram karena kehidupan masyarakatnya diperhatikan. Sultan Maulana Yusuf mangkat pada tahun 1560, kemudian digantikan olem Mulana Muhammad yang baru berusia Sembilan tahun diangkat menjadi raja dengan gelar ratu banten dibawah perwalian Mangkubumi. Masa pemerintahan Sultan Maulana Muhammad berlangsung tahun 1580-1605. Pada masa itulah pedagang Belanda pertama kalibtiba di Banten (1596). Padatahun 1605 Sultan Banten memimpin armadanya merebut Palembang, tetapi gagal. Bahkan Ia sendiri tewas dalam pertempuran di Palembang. Penggantinya adalah Abdul Mufakir yang masih kanak-kanak. Abdul Mufakir dalam menjalani pemerintahan didampingi wali, yaitu Ranamenggala. Selama pemerintahan Ranamenggala, perdagangan di Banten berkembang pesat. Para pedangan muslim tidak lagi berdagang di Malaka, tetapi ke Banten. Hal itu disebabkan Malaka jatuh ke tangan Portugis. Setrlah Pangeran Ranamenggala wafat pada tahun 1624, Banten mengalami kemunduran. Banten mencapai puncak kejayaan kembali pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.
Dibawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Kerajaan Banten mengalamimasa kejayaan. Sultan ageng berupaya memperluas kerajaannya dan megusir Belanda dari Batavia. Beliau juga berupaya memajukan aktivitas perdagangan agar dapat bersaing dengan Belanda di Batavia. Pada tahun 1671 Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putra mahkota, Sultan Haji. Namun, SultanHaji menjadi raja pembntu. Akan tetapi ternyata cenderung bekerja sama dengan VOC, sementara Sultan Ageng Tirtayasa sangat anti VOC sehingga terjadi perang antara ayah dan anak. Menghadapi ayahnya, Sultan Haji minta bantuan pada VOC. Akhirnya Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap dan dipenjarakan di Batavia hingga wafatnya tahun 1629. Kemenangan Sultan Haji merupakan kehancuran Banten karena selanjutnya Banten berada dibawah kekuasaan VOC.
Kehidupan Ekonomin dan Sosial
Banten tumbuh menjadi pusat perdagangan dan pelayaran yang ramai karena menghasilkan lada dan pala yang banyak sehingga didatangi banyak pedagang. Dengan demikian, Banten menjadi saingan berat bagiMalaka dalam perdagangan.
Berikut ini ada beberapa faktor pendukung berkembanganya Banten sebagai pusat kerajaan dan perdagangan .
- Banten terletak di Teluk Banten dan pelabuhannnya memiliki syarat sebagai Pelabuhan yang baik.
- Kedudukan Banten yang sangat strategis di tepi Selat Sunda 3.
- Bnten memiliki bahan ekspor penting yaitu lada.
- Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis mendorong pedangan-pedagang mencari jalan baru di Jawa Barat disamping Cirebon.
Sejak Banten menjadi kerajaan yang bercorak Islam, kehidupan sosial masyarakat Banten juga secara perlahan dipengaruhi oleh sistem kemasyarakatan Islam. Pengaruh tersebut tidak terbatas di lingkungan daerah perdagangan, tetapi meluas hingga pedalaman.
Penulis : Lestari Pujihastuti, SH.
Gabung dalam percakapan