Kerajaan Aceh
Masjid Raya Baiturrahman peninggalan Kerajaan Aceh Sumber : Kompas.com |
a. Kehidupan Politik
Berikut ini raja-raja yang memerintah kerjaan Aceh :
1. Sultan Ali Mughayal Syah (1514-1528)
Sultan pertama yang memerintah dan sekaligus sebagai pendiri Kerajaan Aceh adalah Sultan Ali Mughayat Syah (1514-1528). Dibawah kekuasaannya, Kerajaan Aceh melakukan beberapa perluasan ke beberapa daerah yang berada di wilayah Sumatra Utara seperti Daya dan Pasai. Bandar Aceh dibuka menjadi Bandar Internasional dengan jaminan pengamanan gangguan laut dari kapal perang Portugis. Bahkan melakukan serangan terhadap kedudukan bangsa Portugis di Malaka.
2. Sultan Salahuddin (1528-1537)
Ia sangat lemah dalam memerintah sehingga Kerajaan Aceh mengalami kemunduran.
3. Sultan Alauddin Riayat Syah al Kahar (1537-1568)
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Aceh melakukan perluasan wilayah
kekuasaan seperti melakukan serangan terhadap Kerajaan Malaka tetapi
gagal.
4. Sultan Iskandar Muda (1607-1636)
Pada masa pemerintahannya, Kerajaan Aceh mengalami masa kejayaan .
Kerajaan Aceh menjadi kerajaan besar yang menguasai jalur perdagangan
alternatif. Keberhasilan ini mampu menyaingi monopoli perdagangan
Portugis di Malaka. Untuk mencapai kebesaran Aceh, Sultan Iskandar Muda
meyerang Portugis dan Kerajaan Johor. Tujuannya adalah untuk menguasai
jalur perdagangan di Selat Malaka dan menguasai daerah-daerah penghasil
lada. Aceh juga melakukan pendudukan terhadap Aru, Pahang, Kedah, Perlak
dan Indragiri sehungga Aceh memiliki wilayah kekuasaan yang sangat
luas. Pada masa pemerintahannya, terdapat dua ahli tasawuf yaitu Syekh
Syamsuddin bin Abdullah as Samatrani dan Syekh Ibrahim as Syamsi.
Aceh cepat tumbuh menjadi kerajaan besar karena didukung oleh faktor sebagai berikut :
- Pelabuhan Aceh (Olele) memiliki persyaratanyang baik sebagai Pelabuhan dagang. Pelabuhan itu terlindungi oleh Pulau We, Pulau Nasi, dan Pulau Breuen dari ombak besar.
- Daerah Aceh kaya dengan tanaman lada sebagai komoditi dagangan ekspor yang penting. Aceh sejak dahulu mengadakan hubungan dagang Internasional.
- Letak ibukota Aceh sangat startegis, yaitu di pintu gerbang pelayaran dari India dan Timur Tengah yang akan ke Malaka, Cina, atau ke Jawa.
- Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis menyebabkan pedagang Islam banyak yang singgah ke Aceh.
5. Sultan Iskandar Thani (1639-1641)
Hidup seorang ulama yang bernama Nuruddin ar Raniri yang Bustanus
Salatin. Pada pemerintahannya, Aceh mulai mengalami kemunduran karena ia
tidak memiliki kepribadian dan kecakapan yang kuat seperti Sultan
Iskandar Muda. Pengawasan kepada para panglima yang mengurusi
perdagangan mengendur, sehingga mereka berbuat semaunya. Daerah-daerah
yang jauh dari pusat kurang loyal terhadap Sultan. Terlebih lagi setelah
Nuruddin ar Raniri, ahli tasawuf yang beraliran ortodoks dari Gujarat
datang ke Aceh. Setelah Iskandar wafat, Ia digantikan oleh permaisurinya
(putri Idkandar Muda) dengan gelar Putri Sri Alam Permaisuri.
Corak pemerintahan Aceh terbagi atas pemerintahan sipil dan pemerintahan atas dasar agama.
- Pemerintahan sipil yang dipimpin Uleebalang, kaum bangsawan yang memimpin masyarakat sipil yang disebut Teuku
- Pemerintahan atas dasar agama, yang dipimpin oleh golongan Teungku.
Sejak Sultan Iskandar Muda mangkat, Aceh terus-menerus mengalami
kemunduran dan akhirnya pada permulaan abad ke 20 dapat dikuasai oleh
Belanda walaupun dengan susah payah.
Kemunduran Aceh Ketika itu disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut :
- Tokoh pengganti Sultan Iskandar Muda tidak secakap pendahulunya
- Permusuhan yang hebat antara kaum ulama yang menganut ajaran Syamsuddin as Samatrani dan penganut ajaran Nuruddin ar Raniri,
- Kekalahan perang Aceh melawan Portugis di Malaka pada tahun 1629 membawa korban jiwa dan harta benda (kapal-kapal) yang cukup besar.
- Daerah-daerah yang jauh dari pemerintahan pusat seperti Johor, Perlak, Pahang, Minangkabau, dan Siak melepaskan diri dari Aceh.
- Pertahan Aceh lemah sehingga bangsa-bangsa Eropa lainnya berhasil mendesak dan menggeser daerah perdagangan Aceh. Akibatnya Aceh makin lemah. .
b. Kehidupan Sosial Budaya
Letak Aceh yang strategis menyebabkan perdagangannya maju pesat sehingga kebudayaan masyarakatnya juga makin bertambah maju karena sering berhubungan dengan bangsa lain. Contoh dari hal tersebut adalah tersusunnya hukum adat yang dilandasi ajaran islam yang disebut Hukum Adat Makuta Alam. Pada zaman itu muncul Hamzah Fansuri, seorang ulama besar yang mengajarkan ilmu tasawuf dan pengarang buku tentang filsafat agama Islam dan syiar keagamaan.
Penulis : Lestari Pujihastuti, SH.
Gabung dalam percakapan