Sejarah Kerajaan Bali

1. Letak Kerajaan Bali

Kerajaan Bali terletak pada sebuah Pulau kecil yang tidak jauh dari daerah Jawa Timur. Dalam perkembangan sejarahnya, Bali mempunyai hubungan erat dengan Pulau Jawa. Bahkan ketika Kerajaan Majapahit runtuh akibat serangan Demak, banyak rakyat Majapahit yang melarikan diri dan menetap di sana sehingga mereka disebut “Wong Mojopahit”. 


2. Sumber Sejarah

Seumber tertua mengenai adanya Kerajaan Bali adalah sebuah prasasti yang berangka 804 Saka (882 M). Prasasti ini mengenai izin yang diberikan kepada para bhiksu untuk membuat tempat pertapaan di Bukit Kintamani. Kemudian ada lagi prasasti yang ditemukan di desa Blajong dekat Pantai Sanur. Angka tahun dari prasasti ini berupa candrasangkala yang berbunyi Khecara Wahmi-Murti yang artinya tahun 836 Saka (914 M). Dalam prasasti ini disebutkan nama rajanya yaitu Khesari Warmadewa yang istananya bernana Singhadwala. Prasasti-prasasti ini ditulis dengan huruf Pranagari dan huruf Bali Kuno sedangkan bahasa yang digunakan adalah Sansekerta. .

3. Kehidupan Politik

Dari prasasti-prasasti yang ditemukan itu dapat dipastikan bahwa yang mendirikan Kerajaan Bali itu adalah raja-raja dari dinasti Warmadewa. Sejak tahun 915 M yang memerintah di Bali adalah Raja Ugrasena. Raja berikutnya adalah Jayasingha Warmadewa yang telah turut memerintah sejak tahun 960 M, sebagai raja muda. Pada masa pemerintahannya, ia membangun dua tempat pemandian di desa Manukraya (Manukkaya) dan sebuah lagi di Tirta Empul berdekatan dengan istana Tampak Siring. Marakata memerintah Bali bergelar Dharmodhayana Wangsawardhana Marakata Panjakasthana Uttggadewa (1011M – 1022 M). Masa pemerintahannya sezaman dengan Airlangga di Jawa Timur. Perhatiannya yang sangat besar untuk kesejahteraan rakyatnya, menyebabkan dirinya sangat dihormati dan dicintai rakyatnya. Ia bahkan dianggap sebagai penjelmaan dari kebenaran hukum. Sebagai bukti bahwa ia sangat memperhatikan kepentingan rakyatnya yaitu dibangunnya sebuah tempat pertapaan (prasada) di Gunung Kawi yang berdekatan dengan istana Tampak Siring.

Pengganti Marakata adalah Anak Wungsu (1049-1077 M). Ia adalah raja yang paling banyak meninggalkan prasasti. Sebanyak 28 buah prasasti dibuat selama 28 tahun masa pemerintahannya. Pada tahun 1077, anak wungsu meninggal dan didharmakan di Gunung Kawi. Pada tahun 1170 M Bali diperintah Raja Jayapangus yang melaksanakan upacara galungan sehingga beliau sangat dihormati. Pada tahun 1334M , Raja Kertanegara dari Singasari berhasil menaklukan Kerajaan Bali yang saat itu diperintah oleh Paduka Bharata Guru. Selanjutnya pada tahun 1430 M, Kerajaan Bali jatuh ke tangan Gajah Mada dari Majapahit. Kerajaan Bali kemudian diperintah oleh raja-raja dari jawa.


4. Kehidupan Sosial dan Ekonomi

Hubungan antara raja-raja yang pernah memerintah di Bali dengan rakyatnya sangat baik. Raja diharomati dan dipuja sesuai dengan pengaruh agama dan budaya Hindu. Untuk agama-agama lain pun raja-raja Bali memerlihatkan sikap toleransinya yang tinggi. Sebagai contohnya raja memberikan izin bagi para pendeta Buddha (bhiksu) untuk mendirikan tempat pertapaan. Rakyat Bali umumnya hidup makmur. Selain pertanian, mereka memperoleh penghasilan dari berbagai bidang usaha, antara lain perdagangan, peternakan, dan pelayaran.

5. Kehidupan Budaya

Dalam bidang kebudayaan, masyarakat Bali banyak menyerap unsur-unsur budaya Hindu sejak abad ke-18 M. sampai saat ini budaya masyarakat Bali memiliki cirri khas, sebagai contohnya adalah tradisi pembakaran mayat (ngaben) yang dahulu selalu diiringi dengan sute, yaitu kebiasaan para wanita Bali turut terbakar bersama jenazah suami yang sangat dicintainya. 

Ditulis oleh : Bahtiar Rifai, S.Pd